Amir duduk termenung mengingat-ingat kembali kejadian yang kemarin menimpanya, dia pun tak habis pikir atas kejadian itu, dalam benaknya selalu terngiang pertanyaan, “Kok dia jadi seperti itu ya ?” dan gumaman itu yang terdengar oleh ku saat kudekati dia dan duduk dikursi didepannya. “Kenapa mir ?” tanyaku, “tidak” jawabnya singkat, “aku cuma heran dan terkejut, kenapa ya dia bisa berubah secepat itu ?” lanjutnya. “Siapa?, Rina?” tayaku. Dia hanya mengangguk perlahan. “Cerita lah” tegasku.
Dia pun menceritakan perihal kejadian yang dialaminya. Dia mempunyai teman perempuan, namanya Rina dan itu sepengetahuanku. Mereka bekerja dalam satu divisi yang sama, setahuku Rina dekat sekali dengan Amir walaupun pangkat mereka beda satu tingkat saja, lebih tinggi Rina dibanding Amir dan itu dikarenakan Rina lebih lama bekerja dari pada Amir, tapi itu tidak membuat keakraban dan kedekatan mereka terganggu walaupun mereka hanya sebatas (TTMTK) teman tepi mesra tanpa komitmen, tetapi mereka terlihat klop dan mesra tiap saat. Dari nonton bareng, makan bareng, sampai pulang dan berangkat kerja bareng. yang belum cuma bobo bareng.
Sudah sebulan ini Rina diangkat menjadi kepala bagian didivisinya, perbedaan mulai dirasakan oleh Amir, yang dulu mereka selalu kemana-mana bersama sekarang terlihat jarang, dikarenakan Rina terlihat lebih sibuk dari biasanya, mungkin itu bisa Amir maklumi, tapi sikap menjaga imej dan terkesan ingin lebih dihormati yang membuat Amir berpendapat bahwa Rina mengalami perubahan seiring kenaikan jabatannya. Susah diajak pulang dan berangkat bersama, apa lagi nonton dan makan-makan, dalam kesehariannya pun mereka jarang terlihat komunikasi seperti dulu. “kamu tau kan seberapa dekat dan ramahnya Rina dengan ku?” tanyanya, aku hanya mengangguk, “tapi sekarang, jangan kan aku ajak pergi, setiap berpapasan pun dia hanya tersenyum dan itu pun seolah-olah aku benar-benar bawahannya, walaupun memang saat ini pangkatku lebih rendah darinya, dan yang paling bikin aku remuk, cara bicara dia padaku seolah-olah aku ini seorang OB atau pesuruh yang bisa seenaknya dia perintah-perintah tanpa memandang aku ini siapa. Dan puncaknya kemarin ketika aku disuruh BIG BOS pergi kekantor cabang tapi aku disuruh pinjam mobil Rina dia dengan enteng berkata : “kalau pulangnya kesorean mendingan kamu antar mobil kerumah ya, tapi jangan lupa harus dalam keadaan bersih !” Amir mulai ber api-api. akupun menepuk2 bahunya dengan tujuan agar dia lebih tenang. “sabar bro, diakan cuma teman mu bukan calon istrimu”, lanjutku. “justru karena dia teman ku, teman dekatku” jelasnya. Apakah pangkat bisa secepat itu merubah sifat seorang teman?
Aku hanya bisa menarik nafas dan mengangkat bahu…