Aku Adalah Aku dan Akan Tetap Menjadi AKu

Category Archives: Catatanku

time_bomb_alarm_clock2Saat masyarakat baru memulai aktivitasnya, saat kendaraan baru keluar rumah dan perlahan-lahan memenuhi jalanan, saat kantor baru membuka gerbang-gerbang pintu, saat komputer baru saja dinyalakan, kubaca berita di detikcom, bom kembali meledak.

Baca lebih lanjut


Dengan adanya ketidakpastian dan ketiadaan sejumlah hal yang pasti, maka bagaimana arah yang mungkin terjadi?


Aku tak ingin berkata

Aku tak ingin bicara

Aku hanya ingin bernyanyi Baca lebih lanjut


Sudah lama aku ingin menuangkan postingan ini, tapi setelah melihat perkembangan, baru kali ini menurutku saat yang tepat untuk mengungkapkan opini ku tentang sebuah komunitas yang positif yang diawali dari tugas kampus.

Baca lebih lanjut


Siang itu…

Nada sms berdering, kubaca beritanya membuat jantungku berdetak, kakiku lemas, mendadak aku tak bersemangat untuk melakukan aktivitas apapun. Rasa malas dan tak bersemangat menghinggap. Hanya doa yang aku kumandangkan, bibirku tak berhenti komt-kamit membaca mantra yang diambil dari Al-Qur’an, Hadits, dan sholawat Nabi ajaran dari guru ngajiku dulu. Walau badanku lemas tapi kupaksakan jiwaku untuk tetap kuat berdoa dan memohon semoga kejadian yang tak dapat kubayangkan tidak terjadi.

Baca lebih lanjut


Apa jadinya jika dua hati tidak mau saling mengerti, apa jadinya jika dua jiwa saling menyalahkan, tak ada introspeksi, yang ada hanya pembenaran sepihak, dan tak ada kata saling mengalah.

Jika hati berontak,  logika tak berjalan,  emosi yang bermain, menggolak, menggelegak, bak tsunami setelah gempa.

Perasaan kecewa berkecamuk, rasa menyalahkan berbalik menjadi rasa bersalah yang teramat dalam, tapi keegoisan menerjang, memporak porandakan segala kesadaran dan kesahajaan yang ada, mematikan kebesaran hati, merusak kesabaran diri.

Kedewasaan terlupakan, masa tua tak lagi menjadi ukuran, sadar diri tak lagi punya arti. Hanya ke aku-an yang meradang. memusnahkan segala kebaikan yang telah direncanakan untuk membangun sebuah puing kejayaan.

Apa jadinya?


Hujan tak henti-henti menumpahkan isinya, apa yang aku rasa, Lelah mendera,  tubuh kehabisan sebagian tenaga, mata inipun malas untuk terbuka, tangan enggan untuk bergerak, kaki lelet saat melangkah. Pagi menjelang sudah bisa kutebak apa yang akan kulakukan hari ini, entah dikantor atau dikampus. Dan dapat diprediksi apa yang akan terjadi dimalam hari. Bosan dengan segala aktivitas, jenuh dengan segala kegiatan, kemalasan sudah mencapai titik nadir.

Ingin rasanya menghentikan semuanya agar tubuh ini bisa diam sejenak, atau memang jiwa ini sedang mencapai titik jenuh? Dan semua kegiatan hanya menjadi penghapusan dan menunaikan segala kewajiban, bukan lagi untuk pencapaian tujuan.

Hujan semakin deras, terkadang mereda perlahan tapi rintiknya masih membuat pusing dikepala, memupus segala niat dan semangat yang ada. Tapi kulihat kedepan ada segenggam harapan dan asa disana dan mau tidak mau harus aku gapai. Walaupun dengan semangat yang terkikis aku harus tetap melangkah. Kubangun lagi puing-puing semangat yang hancur diterjang badai kemalasan.

Dengan mata setengah terpejam kulangkahkan kaki tanpa sepatu melewati percikan-percikan air, hanya sandal jepit yang melindungi kakiku. Dengan payung diatas kepala kutinggalkan kuda besi yang biasa menemaniku menuju lembah tempatku mendulang rupiah. Dan seiring hujan mengguyur, kusiram semangat ku yang telah layu karenanya.