Situasinya gak resmi, dalam keadaan bercanda, tapi kata-katanya itu yang bikin gue gondok. Selayaknya seseorang apabila memiliki sebuah komunitas, perkumpulan, atau bahkan suatu genk, maka jika eksistensinya terusik, gue yakin pasti mereka akan marah, sama halnya gue yang masuk dalam komunitas ”Ini”, atau bahkan komunitas blogger gue, atau mercusian gue ada yang menghina bahkan mengatakan Anjing, gue yakin bukan cuma gue yang marah, akan ada beberapa anggota atau bahkan seluruhnya akan merasakan hal yang sama, walaupun kekesalan itu hanya bisa dipendam dalam hati. Baca lebih lanjut
Apa jadinya jika dua hati tidak mau saling mengerti, apa jadinya jika dua jiwa saling menyalahkan, tak ada introspeksi, yang ada hanya pembenaran sepihak, dan tak ada kata saling mengalah.
Jika hati berontak, logika tak berjalan, emosi yang bermain, menggolak, menggelegak, bak tsunami setelah gempa.
Perasaan kecewa berkecamuk, rasa menyalahkan berbalik menjadi rasa bersalah yang teramat dalam, tapi keegoisan menerjang, memporak porandakan segala kesadaran dan kesahajaan yang ada, mematikan kebesaran hati, merusak kesabaran diri.
Kedewasaan terlupakan, masa tua tak lagi menjadi ukuran, sadar diri tak lagi punya arti. Hanya ke aku-an yang meradang. memusnahkan segala kebaikan yang telah direncanakan untuk membangun sebuah puing kejayaan.
Apa jadinya?
Hujan tak henti-henti menumpahkan isinya, apa yang aku rasa, Lelah mendera, tubuh kehabisan sebagian tenaga, mata inipun malas untuk terbuka, tangan enggan untuk bergerak, kaki lelet saat melangkah. Pagi menjelang sudah bisa kutebak apa yang akan kulakukan hari ini, entah dikantor atau dikampus. Dan dapat diprediksi apa yang akan terjadi dimalam hari. Bosan dengan segala aktivitas, jenuh dengan segala kegiatan, kemalasan sudah mencapai titik nadir.
Ingin rasanya menghentikan semuanya agar tubuh ini bisa diam sejenak, atau memang jiwa ini sedang mencapai titik jenuh? Dan semua kegiatan hanya menjadi penghapusan dan menunaikan segala kewajiban, bukan lagi untuk pencapaian tujuan.
Hujan semakin deras, terkadang mereda perlahan tapi rintiknya masih membuat pusing dikepala, memupus segala niat dan semangat yang ada. Tapi kulihat kedepan ada segenggam harapan dan asa disana dan mau tidak mau harus aku gapai. Walaupun dengan semangat yang terkikis aku harus tetap melangkah. Kubangun lagi puing-puing semangat yang hancur diterjang badai kemalasan.
Dengan mata setengah terpejam kulangkahkan kaki tanpa sepatu melewati percikan-percikan air, hanya sandal jepit yang melindungi kakiku. Dengan payung diatas kepala kutinggalkan kuda besi yang biasa menemaniku menuju lembah tempatku mendulang rupiah. Dan seiring hujan mengguyur, kusiram semangat ku yang telah layu karenanya.
Jam pulang kantor tiba, pukul 15.00 WIB . Roy pun beranjak bangun dari tempat duduknya, setelah sebelumnya mematikan komputer dan AC. Lalu bersiap-siap untuk pulang dengan tak lupa menelpon istrinya bahwa dia akan pulang malam karena ada lembur, rapat mendadak atau apalah…. di pintu parkiran telah menunggu pretty, rekan satu kantor Roy dan dengan senyuman hangat pretty membonceng motor Roy menuju kesuatu tempat… Setelah sampai tujuan Roy memesan tempat disebuah Hotel dan………….menjelang pukul 07.00 WIB Roy keluar dengan Pretty dengan muka segar dan ceria… Setelah mengantarkan Pretty pulang Roy pun melanjutkan perjalanan, tapi..telepon berdering, ternyata istrinya menanyakan kenapa belum pulang dan kenapa ramai sekali seperti sedang dijalan raya, Roy pun menjawab bahwa dia habis membeli makanan. urusan beres Roy pun melaju kembali, kali ini menuju kekediaman Fany. Fany tinggal dirumah sendirian, orang tuanya pergi berlibur keluar kota, dirumah hanya ada pembantu yang bekerja hanya sampai pukul 05 sore. Fany merupakan kawan Roy sewaktu kuliah dulu. Setelah sampai di rumah Fany Roy istirahat sejenak dan setelah itu melakukan hal sama seperti yang dilakukannya bersama Pretty tadi… Tapi kali ini setelah melakukan bersama Fany dan belum sempat Roy berkemas dan bersiap-siap untuk pulang, tiba-tiba sang istri sudah berdiri disamping ranjang dan……………. menyuruh Roy untuk mandi karena fajar telah menyingsing tanda Roy harus kembali memulai aktifitas seperti hari-hari sebelumnya.
Setengah melongo Roy pun tersenyum, dibenaknya berkecamuk, senang karena apa yang dia lakukan ternyata hanya ada dialam tidur, tapi setengah menyesal dan setengah nyengir otak kotornya berkata, kenapa ini semua hanya mimpi… Roy pun melaju.
Sebuah keluarga terdiri dari Ayah, Ibu dan 4 orang anak. Anak Sulung gadis kelas 2 SMA sebut saja Sulung, anak kedua laki-laki kelas 1 SMP sebut saja DUA, ketiga laki-laki kelas 2 SDsebut saja TIGA, dan terakhir, putri kecil berusia 3 tahun sebut saja Bungsu.
Sang Ayah yang bertitel Haji selalu menekankan kepada anak-anaknya tentang pentingnya Agama, dan mengajar hal-hal yang bersifat religi. Sang ibu pedagang kelontong disebuah pasar yang ramai pengunjung karena dekat objek wisata.
Minggu pagi Sang Ayah sudah berdiam di Masjid dari dini hari tadi, menjelang pukul 06 pagi ayah belum pulang karena masih sibuk mengaji. Seluruh anak belum terbangun walaupun hari sudah terang dan teriakan Sang Ibu membangunkan anak-anaknya berlomba dengan hiruk pikuk kokok ayam diluar. Setelah dipaksakan bangun apa yang terjadi?
Si Sulung berkutat dengan HP nya, sms sepanjang hari tanpa memperhatikan rumahnya yang berantakan, entah karena hari libur atau memang malas. Sementara Dua dan Tiga berkelahi memperebutkan jatah uang jajan yang menurut kedua belah pihak tidak adil. Dua beranggapan bahwa dia lebih besar sehingga uang jajan harus lebih banyak pula, sedangkan Tiga beranggapan bahwa dia dan Dua itu sama sehingga jatahpun harus sama. Bungsu pun berulah, tiap makanan yang ada didepan para kakaknya diminta dan bila tidak diberi maka tangisnya pun pecah memekakkan telinga. Semakin sang kakak marah semakin kencang pula tangisnya.
Sang Ibu pun berangkat berdagang dengan bayangan dikepalanya berapa keuntungan yang akan dia dapat hari ini tanpa memperdulikan sudah kah Si ibu mempersiapkan makanan untuk Suami dan anak-anaknya yang ditinggalkan, masing-masing anak hanya dibekali uang sekian rupiah untuk jajan pengganjal lapar dari pagi hingga sore hari.
Sampai sang Ayah pulang dari masjid dan akan berangkat kerja suasana rumah masih seperti itu, Sulung masih santai rebahan dilantai sambil sibuk dengan HP nya. Si Dua dan Tiga masih meributkan hal yang tadi sambil merengek kepada Ayahnya untuk meminta tambahan jatah uang jajan, si Bungsu pun kembali menangis ingin ikut Ayahnya sambil menanyakan keberadaan Sang Ibu. END.
kalau sudah baca, lanjut kesini
Pagi hari, saat mataku masih berbau bantal dan kasur, dengan langkah terpaksa aku menuju kantor untuk melaksanakan piket Sabtu, dengan hati gundah sambil memikirkan peristiwa apa yang akan terjadi dikampus nanti sore.
Kubuka PC ku.. seperti biasa, sarapan ku di situs yahoo, mercusian, dan blog–blogku. Saat aku membuka wordpress ku dan menarik cursor kebawah… setengah tidak percaya aku melihatnya.
Waw… Yang nengok blogku sudah mencapai 100.500 lebih… sungguh tak terduga, dengan isi blog yang abal-abal dan gak karuan… Thanks A lot buat yang selama ini merelakan diri untuk nyasar di halaman kumuh ini. semoga aku makin semangat nge-blog.
Hidup Blogger….