Hari ini hari biasa, tak ada yang istimewa… Hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya, tak ada yang sangat bahagia… Senang, sedih, suka, duka, tergantung bagaimana sikap kita. Semuanya sama saja.
Hari ini hari biasa, tak ada yang istimewa… Minggu, Senin, Selasa dan seterusnya semuanya sama, tergantung bagaimana perilaku dan tindak tanduk kita sebagai penghuni dunia. Semuanya sama saja. Baca lebih lanjut
Sebenarnya berat untuk menulis dengan tema seperti ini, yang pertama karena keterbatasan ilmu dan memang kurang bisa menulis Tetapi karena sedikit tuntutan dan paksaan (Bukan terpaksa lho Sumpah!) saya akan mencoba membahasnya walaupun dengan segala keterbatasan dan menggunakan “bahasa saya”. Sebelumnya mohon maaf kepada para pakar jika terdapat kata atau bahasa yang salah, mohon bimbingannya. 🙂 Sebelum membahas lebih jauh ada baiknya kita ketahui apa itu etika dan moral.
Etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, itu sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik dan buruknya.
Baca lebih lanjut
Setelah ditelusuri, ternyata sudah banyak juga ya edisi intermezzo ini. Tidak terasa sudah sampai 13 episode yang sudah terbit (kayak sinetron). Berawal dari keinginan memotivasi diri, sampai iseng-iseng karena kurang inspirasi maka jadilah postingan-postingan bertitel Intermezzo ini. Mengapa edisi kali ini bertitel “Kelamaan?” , dikarenakan jauhnya jarak dengan edisi sebelumnya dan lamanya diriku tidak posting-posting 😀 Ya sudahlah tidak usah kelamaan, mari kita simak hasil mulung untuk edisi kali ini. Baca lebih lanjut
Menurut Orang bijak arti dari bijaksana adalah memahami tetang keseimbangan. Memahami kejahatan dan kebaikan, memahami kemarahan dan kesabaran, memahami ketakutan dan keberanian, memahami orang lain dan diri sendiri. Sangat sulit menjadi manusia yang bijaksana, saat kita akan menerapkannya berbagai penghalang dan godaan akan lebih kuat menggoncang kebijaksanaan itu sendiri.
Apa jadinya jika dua hati tidak mau saling mengerti, apa jadinya jika dua jiwa saling menyalahkan, tak ada introspeksi, yang ada hanya pembenaran sepihak, dan tak ada kata saling mengalah.
Jika hati berontak, logika tak berjalan, emosi yang bermain, menggolak, menggelegak, bak tsunami setelah gempa.
Perasaan kecewa berkecamuk, rasa menyalahkan berbalik menjadi rasa bersalah yang teramat dalam, tapi keegoisan menerjang, memporak porandakan segala kesadaran dan kesahajaan yang ada, mematikan kebesaran hati, merusak kesabaran diri.
Kedewasaan terlupakan, masa tua tak lagi menjadi ukuran, sadar diri tak lagi punya arti. Hanya ke aku-an yang meradang. memusnahkan segala kebaikan yang telah direncanakan untuk membangun sebuah puing kejayaan.
Apa jadinya?