Dalam kehidupan ini, segala apa yang terjadi dalam hidup kita tak lepas dari Ridha Allah Subhanahu wata’ala. Tuhan Pencipta semesta alam. Tuhan menciptakan dunia dan seluruh isinya ini sebagai ujian buat kita semua para umat manusia. Oleh karena itu, jangan heran kalau Tuhan menguji kita para manusia. Terkadang dengan suatu kesenangan, dan dilain pihak dan waktu dengan berupa kesulitan. Tapi seringkali kita lihat ketika kita mendapatkan dan menghadapi sebuah kesulitan manusia mudah jatuh dalam keputus asaan serta kesedihan. Padahal menurut beberapa referensi, segala kesulitan itu ada jalan keluarnya, segala penyakit ada obatnya, bukankah Tuhan pun telah mengukuhkan dalam Firman-Nya? “Maka, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. 94 ; 5-6).
ada 5 model atau tipe manusia yang hidupnya selalu menderita :
– manusia yang tidak bergantung pada Allah subhanahu wata’ala.
– manusia yang menyangka bahwa hidupnya ini selalu mulus.
– manusia yang mengira bahwa ia akan selalu disukai dan dicintai orang lain
– manusia yang mengira dia akan selalu menghadapi peristiwa yang dia harapkan
– manusia yang terlalu mencintai sesuatu baik benda maupun manusia.
menurut beberapa referensi lagi, jika anda sekalian ingin hidup bahagia, ada 5 hal yang harus anda siapkan dan miliki:
– Siap hanya bergantung kepada Allah subhanahu wata’ala
– Siap menjalani peristiwa yang tidak diharapkan
– Siap menjalani hidup yang tidak mulus
– Siap dibenci orang lain
– Siap tidak terlalu mencintai sesuatu baik kepada benda maupun manusia.
Seperti landasan pesawat, semakin panjang dan lebar landasan pesawat semakin besar pula pesawat yang bisa mendarat. jika landasan tidak rata akan menyulitkan pesawat untuk mendarat. Begitu pula kita, jika keimanan dan kemampuan diri kita tidak meningkat akan sulit pula datangnya Rahmat dan pertolongan dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Ctt: artikel ini berupa peringatan yang ditujukan hanya kepada Pemilik Blog ini, bukan untuk menasihati orang atau pembaca lain
Satu hal sebagai bahan renungan kita tuk merenungkan indahnya malam pertama tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawi semata, bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam dan Hawa, Justru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Maut Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara
Hari itu… mempelai sangat dimanjakan, mandipun harus dimandikan seluruh badan Kita terbuka, tak ada sehelai benangpun menutupinya, tak ada sedikitpun rasa malu, seluruh badan digosok dan dibersihkan, kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan bahkan lubang – lubang itupun ditutupi kapas putih. Itulah sosok Kita
Itulah jasad Kita ketika mati. Setelah dimandikan, Kitapun kan dipakaikan pakaian cantik berwarna putih
Kain itu jarang orang memakainya, karena bermerk sangat terkenal bernama “Kafan”. Wewangian ditaburkan ke baju Kita, bagian kepala, badan, dan kaki diikatkan, Tataplah….itulah wajah Kita, keranda pelaminan langsung disiapkan, Pengantin bersanding sendirian, mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul kita diiringi langkah gontai seluruh keluarga serta rasa haru para handai taulan, gamelan syahdu bersyairkan Adzan dan kalimah Dzikir, Akad nikahnya bacaan talkin, berwalikan liang lahat, saksi – saksinya nisan-nisan yang tlah tiba duluan, siraman air mawar pengantar akhir kerinduan. Dan akhirnya…. . Tiba masa pengantin menunggu dan ditinggal sendirian tuk mempertanggungjawab kan seluruh langkah kehidupan
Malam pertama bersama KEKASIH.. ditemani rayap – rayap dan cacing tanah, di kamar bertilamkan tanah, dan ketika 7 langkah tlah pergi kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat, kita tak tahu apakah akan memperoleh nikmat Kubur ataukah Kita kan memperoleh Siksa Kubur Kita tak tahu, dan tak seorangpun yang tahu. Tapi anehnya Kita tak pernah galau ketakutan… . Padahal nikmat atau siksa yang kan kita terima Kita sungkan sekali meneteskan air mata, seolah barang berharga yang sangat mahal, dan Dia Kekasih itu.. Menetapkanmu ke syurga
Atau melemparkan dirimu ke neraka..Tentunya Kita berharap menjadi ahli syurga.. Tapi, sudah pantaskah sikap kita selama ini untuk disebut sebagai ahli syurga?
Sahabat…mohon maaf…jika malam itu aku tak menemanimu
Bukan aku tak setia… Bukan aku berkhianat.. ..
Tapi itulah komitmen azali tentang hidup dan kehidupan
Tapi percayalah.. .aku pasti kan mendo’akanmu. ..
Karena …aku sungguh menyayangimu. ..
Rasa sayangku padamu lebih dari apa yang kau duga
Aku berdo’a…semoga kau jadi ahli syurga. Amien
Sahabat….. , jika ini adalah bacaan terakhirmu, Jika ini adalah renungan peringatan dari Kekasihmu, Ambillah hikmahnya. tapi jika ini adalah salahku, maafkan aku. Terlebih jika aku harus mendahuluimu, Ikhlaskan Dan maafkan seluruh khilafku. Yang pasti pernah menyakiti atau mengecewakanmu, Kalau tulisan ini Ada manfaatnya siapa tahu suatu saat kau ingat padaku dan aku tlah di alam lain
Satu pintaku padamu…
Tolong do’akan aku….
Thanks to forward from :Jusuf Thoha <jthoha@hotmail.com>, aryanti arbian <aryanti_arbian@yahoo.com>, Nana Nurjanah <umi_azizi@yahoo.co.id>
Renunglah selalu perjalanan hati
Renunglah selalu hati kita
Karena ia merupakan sumber kebaikan dan kejahatan
Wadah kekhufuran dan keimanan
Rebutan diantara Malaikat dan Syetan
Hati perasaannya halus
Sentuhannya tidak terasa
Tapi sangat memberi kesan didalam kehidupan kita
Siapa yang arif perjalanan hatinya
Paham kebaikan dan kejahatannya
Bersungguh bermujahadah membuang kejahatannya
Diganti segera dengan kebaikan
Orang itu akan selamat dari tipu daya Syetan dan dunia
Ramai orang tidak paham perjalanan hatinya sekalipun ulama
Terima saja yang baik dan buruknya
Kemudian merasakan baik semuanya tiada terasa lagi membuat dosa
Disinilah perlu pimpinan
Guru yang mengenal hati manusia
ctt: dari buku “Mengenal diri” karya “Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad Attamimi”
Dari anda untuk anda dan semuanya
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah: 222).
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)dosa(nya).” (QS. Al Furqaan: 68-70.).
“Katakanlah: “Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
“Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahan (dosa) hingga kesalahan kalian itu sampai ke langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan memberikan taubat kepada kalian.” (Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abi Hurairah, dan ia menghukumkannya sebagai hadits hasan dalam kitab sahih Jami’ Shagir – 5235)
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka kedalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak -bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari(pembalasan?)kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS.Ghaafir: 7-9).
“Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? .” (QS. At-Taubah: 104)
“Dan Dialah Yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan.” (QS. Asy-Syuuraa: 25)
Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT: “Yang mengampuni dosa dan menerima taubat.” (QS. Ghaafir: 3)
“Maka barangsiapa yang bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu, dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Maaidah: 39)
“Tuhanmu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al An’aam: 54)
“Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat setelah itu, dan memperbaiki ( dirinya) sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 119)
“Maka bertaubatlah kepada Tuhan Yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu, pada sisi Tuhan Yang menjadikan kamu, maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang .” (QS. Al Baqarah: 54)
“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa: 64)
“Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 128).
Subuh tadi saya melewati sebuah rumah, 50 meter dari rumah saya dan
melihat seorang isteri mengantar suaminya sampai pagar depan
rumah. “Yah, beras sudah habis loh…” ujar isterinya. Suaminya hanya
tersenyum dan bersiap melangkah, namun langkahnya terhenti oleh
panggilan anaknya dari dalam rumah, “Ayah…, besok Agus harus bayar
uang praktek”.
“Iya…” jawab sang Ayah. Getir terdengar di telinga saya, apalah
lagi bagi lelaki itu, saya bisa menduga langkahnya semakin berat.
Ngomong-ngomong, saya jadi ingat pesan anak saya semalam, “besok
beliin lengkeng ya” dan saya hanya menjawabnya dengan “Insya Allah”
sambil berharap anak saya tak kecewa jika malam nanti tangan ini tak
berjinjing buah kesukaannya itu.
Di kantor, seorang teman menerima SMS nyasar, “jangan lupa, pulang
beliin susu Nadia ya”. Kontan saja SMS itu membuat teman saya bingung
dan sedikit berkelakar, “ini, anak siapa minta susunya ke siapa”.
Saya pun sempat berpikir, mungkin jika SMS itu benar-benar sampai ke
nomor sang Ayah, tambah satu gundah lagi yang bersemayam. Kalau
tersedia cukup uang di kantong, tidaklah masalah. Bagaimana jika
sebaliknya?
Banyak para Ayah setiap pagi membawa serta gundah mereka, mengiringi
setiap langkah hingga ke kantor. Keluhan isteri semalam tentang uang
belanja yang sudah habis, bayaran sekolah anak yang tertunggak sejak
bulan lalu, susu si kecil yang tersisa di sendok terakhir, bayar
tagihan listrik, hutang di warung tetangga yang mulai sering
mengganggu tidur, dan segunung gundah lain yang kerap membuatnya
terlamun.
Tidak sedikit Ayah yang tangguh yang ingin membuat isterinya
tersenyum, meyakinkan anak-anaknya tenang dengan satu kalimat, “Iya,
nanti semua Ayah bereskan” meski dadanya bergemuruh kencang dan
otaknya berputar mencari jalan untuk janjinya membereskan semua
gundah yang ia genggam.
Maka sejarah pun berlangsung, banyak para Ayah yang berakhir di tali
gantungan tak kuat menahan beban ekonomi yang semakin menjerat cekat
lehernya. Baginya, tali gantungan tak bedanya dengan jeratan hutang
dan rengekan keluarga yang tak pernah bisa ia sanggupi. Sama-sama
menjerat, bedanya, tali gantungan menjerat lebih cepat dan tidak
perlahan-lahan.
Tidak sedikit para Ayah yang membiarkan tangannya berlumuran darah
sambil menggenggam sebilah pisau mengorbankan hak orang lain demi
menuntaskan gundahnya. Walau akhirnya ia pun harus berakhir di dalam
penjara. Yang pasti, tak henti tangis bayi di rumahnya, karena susu
yang dijanjikan sang Ayah tak pernah terbeli.
Tak jarang para Ayah yang terpaksa menggadaikan keimanannya, menipu
rekan sekantor, mendustai atasan dengan memanipulasi angka-angka,
atau berbuat curang di balik meja teman sekerja. Isteri dan anak-
anaknya tak pernah tahu dan tak pernah bertanya dari mana uang yang
didapat sang Ayah. Halalkah? Karena yang penting teredam sudah gundah
hari itu.
Teramat banyak para isteri dan anak-anak yang setia menunggu
kepulangan Ayahnya, hingga larut yang ditunggu tak juga kembali.
Sementara jauh disana, lelaki yang isteri dan anak-anaknya setia
menunggu itu telah babak belur tak berkutik, hancur meregang nyawa,
menahan sisa-sisa nafas terakhir setelah dihajar massa yang geram
oleh aksi pencopetan yang dilakukannya. Sekali lagi, ada yang rela
menanggung resiko ini demi segenggam gundah yang mesti ia tuntaskan.
Sungguh, diantara sekian banyak Ayah itu, saya teramat salut dengan
sebagian Ayah lain yang tetap sabar menggenggam gundahnya, membawanya
kembali ke rumah, menyertakannya dalam mimpi, mengadukannya dalam
setiap sujud panjangnya di pertengahan malam, hingga membawanya
kembali bersama pagi. Berharap ada rezeki yang Allah berikan hari
itu, agar tuntas satu persatu gundah yang masih ia genggam. Ayah yang
ini, masih percaya bahwa Allah takkan membiarkan hamba-Nya berada
dalam kekufuran akibat gundah-gundah yang tak pernah usai.
Para Ayah ini, yang akan menyelesaikan semua gundahnya tanpa harus
menciptakan gundah baru bagi keluarganya. Karena ia takkan
menuntaskan gundahnya dengan tali gantungan, atau dengan tangan
berlumur darah, atau berakhir di balik jeruji pengap, atau bahkan
membiarkan seseorang tak dikenal membawa kabar buruk tentang dirinya
yang hangus dibakar massa setelah tertangkap basah mencopet.
Dan saya, sebagai Ayah, akan tetap menggenggam gundah saya dengan
senyum. Saya yakin, Allah suka terhadap orang-orang yang tersenyum
dan ringan melangkah di balik semua keluh dan gundahnya. Semoga.
kiriman :Emmanuel Thelma (“Emmanuel Thelma” <staff-contract@indotruck-utama.co.id>)
Hak Seorang Muslim Terhadap Muslim Lainnya ada 6 macam
- Bila bertemu ucapkanlah salam
- Bila diundang hadirilah (Kabulkanlah)
- Bila diminta nasihat, nasihatilah
- Bila dia bersin dan mengucapkan “Alhamdulillah”, maka doakanlah dengan ucapan “Yarhamukallah”
- Bila Ia sakit kunjungilah
- Bila Ia meninggal antarkanlah sampai kekuburannya
(H.R.Bukhari)