Dua orang kakak beradik yang merupakan pembesar negara dan kaya raya melakukan sebuah perjalanan, ditengah perjalanan mereka tersesat disebuah daerah yang terpencil, asing dan sepi, tetapi mereka menemukan sebuah gubug kecil dan memutuskan untuk singgah ditempat itu karena kelelahan dan hari sudah larut malam. Didalam gubug itu terdapat seorang wanita tua yang miskin dan sangat sederhana, tidak memiliki uang dan harta, yang Ia miliki hanyalah beberapa ekor ayam yang diternakkan untuk diambil telur dan dagingnya sebagai penyambung hidup. Selain itu Ia juga memiliki seekor kambing . Baca lebih lanjut
Arya menatap nanar surat daun lontar dihadapannya.Surat keputusan itu ia dapatkan Sepulang dari rapat para punggawa kerajaan, dan dia nampak gusar. Ketidakpuasan terpancar dari wajahnya. Sang istripun bertanya ada apa gerangan sehingga membuat suaminya itu gusar. Arya pun bercerita,
Jam pulang kantor tiba, pukul 15.00 WIB . Roy pun beranjak bangun dari tempat duduknya, setelah sebelumnya mematikan komputer dan AC. Lalu bersiap-siap untuk pulang dengan tak lupa menelpon istrinya bahwa dia akan pulang malam karena ada lembur, rapat mendadak atau apalah…. di pintu parkiran telah menunggu pretty, rekan satu kantor Roy dan dengan senyuman hangat pretty membonceng motor Roy menuju kesuatu tempat… Setelah sampai tujuan Roy memesan tempat disebuah Hotel dan………….menjelang pukul 07.00 WIB Roy keluar dengan Pretty dengan muka segar dan ceria… Setelah mengantarkan Pretty pulang Roy pun melanjutkan perjalanan, tapi..telepon berdering, ternyata istrinya menanyakan kenapa belum pulang dan kenapa ramai sekali seperti sedang dijalan raya, Roy pun menjawab bahwa dia habis membeli makanan. urusan beres Roy pun melaju kembali, kali ini menuju kekediaman Fany. Fany tinggal dirumah sendirian, orang tuanya pergi berlibur keluar kota, dirumah hanya ada pembantu yang bekerja hanya sampai pukul 05 sore. Fany merupakan kawan Roy sewaktu kuliah dulu. Setelah sampai di rumah Fany Roy istirahat sejenak dan setelah itu melakukan hal sama seperti yang dilakukannya bersama Pretty tadi… Tapi kali ini setelah melakukan bersama Fany dan belum sempat Roy berkemas dan bersiap-siap untuk pulang, tiba-tiba sang istri sudah berdiri disamping ranjang dan……………. menyuruh Roy untuk mandi karena fajar telah menyingsing tanda Roy harus kembali memulai aktifitas seperti hari-hari sebelumnya.
Setengah melongo Roy pun tersenyum, dibenaknya berkecamuk, senang karena apa yang dia lakukan ternyata hanya ada dialam tidur, tapi setengah menyesal dan setengah nyengir otak kotornya berkata, kenapa ini semua hanya mimpi… Roy pun melaju.
Sebuah keluarga terdiri dari Ayah, Ibu dan 4 orang anak. Anak Sulung gadis kelas 2 SMA sebut saja Sulung, anak kedua laki-laki kelas 1 SMP sebut saja DUA, ketiga laki-laki kelas 2 SDsebut saja TIGA, dan terakhir, putri kecil berusia 3 tahun sebut saja Bungsu.
Sang Ayah yang bertitel Haji selalu menekankan kepada anak-anaknya tentang pentingnya Agama, dan mengajar hal-hal yang bersifat religi. Sang ibu pedagang kelontong disebuah pasar yang ramai pengunjung karena dekat objek wisata.
Minggu pagi Sang Ayah sudah berdiam di Masjid dari dini hari tadi, menjelang pukul 06 pagi ayah belum pulang karena masih sibuk mengaji. Seluruh anak belum terbangun walaupun hari sudah terang dan teriakan Sang Ibu membangunkan anak-anaknya berlomba dengan hiruk pikuk kokok ayam diluar. Setelah dipaksakan bangun apa yang terjadi?
Si Sulung berkutat dengan HP nya, sms sepanjang hari tanpa memperhatikan rumahnya yang berantakan, entah karena hari libur atau memang malas. Sementara Dua dan Tiga berkelahi memperebutkan jatah uang jajan yang menurut kedua belah pihak tidak adil. Dua beranggapan bahwa dia lebih besar sehingga uang jajan harus lebih banyak pula, sedangkan Tiga beranggapan bahwa dia dan Dua itu sama sehingga jatahpun harus sama. Bungsu pun berulah, tiap makanan yang ada didepan para kakaknya diminta dan bila tidak diberi maka tangisnya pun pecah memekakkan telinga. Semakin sang kakak marah semakin kencang pula tangisnya.
Sang Ibu pun berangkat berdagang dengan bayangan dikepalanya berapa keuntungan yang akan dia dapat hari ini tanpa memperdulikan sudah kah Si ibu mempersiapkan makanan untuk Suami dan anak-anaknya yang ditinggalkan, masing-masing anak hanya dibekali uang sekian rupiah untuk jajan pengganjal lapar dari pagi hingga sore hari.
Sampai sang Ayah pulang dari masjid dan akan berangkat kerja suasana rumah masih seperti itu, Sulung masih santai rebahan dilantai sambil sibuk dengan HP nya. Si Dua dan Tiga masih meributkan hal yang tadi sambil merengek kepada Ayahnya untuk meminta tambahan jatah uang jajan, si Bungsu pun kembali menangis ingin ikut Ayahnya sambil menanyakan keberadaan Sang Ibu. END.
kalau sudah baca, lanjut kesini
Roy mematikan motornya lalu berjalan menuju pintu masuk rumah megah dengan halaman luas dan taman yang beraneka bunga milik saudaranya di Kota A sambil tak lupa mengucapkan salam, dari dalam disambut dengan salam pula, rumahnya ramai karena memang keluarga besar, dan ada beberapa anak menantu dan cucu tinggal di rumah itu, setelah dipersilahkan Roy pun duduk, sambil menikmati hidangan dan minuman Roy pun ngobrol ngalor ngidul. Walupun Roy di jamu dengan ramah dan makanan dan minuman yang berlimpah beraneka rasa serta disediakan kamar yang luas dan nyaman, tapi Roy merasa resah, kurang nyaman, dan merasa tidak betah berlama-lama di rumah itu, tidurpun sulit memejamkan mata, seolah-olah banyak nyamuk yang mengelilingi dirinya, gerah, panas, resah. Apa yang Roy Rasa?
Pagi hari Roy pun pamit, setelah bersalaman dengan seluruh anggota keluarga di rumah itu Roy pun melaju dengan motornya, tapi bukan arah pulang yang dituju, Roy berbelok ke arah Kota B dan menuju ke tempat saudaranya yang lain disana, setelah melalui jalan berliku dan memasuki gang yang sempit dan hanya pas untuk satu motor Roy pun sampai dirumah yang terletak dipinggir sawah itu. Setelah mengucapkan salam dan disambut oleh si empunya rumah Roy pun masuk. tercium aroma debu dan bau kayu kering serta dapur yang bahan bakarnya menggunakan kayu bakar. Roy duduk diatas tikar yang usang dan hampir sobek serta sedikit titik-titik debu diatasnya. Roy disuguhi segelas teh pahit dingin (bukan dari kulkas), dan singkong goreng yang kering dan adem. Roy pun ngobrol ngalor ngidul sambil menikmati hidangan. Malamnya Roy pun kembali menginap dan disediakan kamar berukuran 3 x 3 meter dengan kasur tipis dan keras dengan bantal dan seprei yang lusuh dan terkesan jarang dijemur dan dicuci. Tapi Roy tidur dengan lelap, tanpa mimpi, tanpa gangguan dan seolah-olah pagi datang begitu cepatnya, hanya sekejap mata. Menjelang siang Roy pun kembali pulang menuju rumahnya di Kota C. Apa yang Roy rasa? ada yang tahu?