Aku Adalah Aku dan Akan Tetap Menjadi AKu

Tag Archives: Introspeksi

Setelah ditelusuri, ternyata sudah banyak juga ya edisi intermezzo ini. Tidak terasa sudah sampai 13 episode yang sudah terbit (kayak sinetron). Berawal dari keinginan memotivasi diri, sampai iseng-iseng karena kurang inspirasi :mrgreen: maka jadilah postingan-postingan bertitel Intermezzo ini. Mengapa edisi kali ini bertitel “Kelamaan?” , dikarenakan jauhnya jarak dengan edisi sebelumnya dan lamanya diriku tidak posting-posting đŸ˜€Â  Ya sudahlah tidak usah kelamaan, mari kita simak hasil mulung untuk edisi kali ini. Baca lebih lanjut


Ketika pertolongan mengharapkan pamrih, ketika bantuan hanya untuk kelompok tertentu, ketika belas kasih hanya khusus untuk golongannya. Awalnya manis, memberikan bantuan dengan tampang ikhlas, ridho dan rendah hati, tapi lambat laun pamrih menerjang segala bentuk keridhoan.Menghapuskan keikhlasan (katanya) yang ada.

Baca lebih lanjut


Apa jadinya jika dua hati tidak mau saling mengerti, apa jadinya jika dua jiwa saling menyalahkan, tak ada introspeksi, yang ada hanya pembenaran sepihak, dan tak ada kata saling mengalah.

Jika hati berontak,  logika tak berjalan,  emosi yang bermain, menggolak, menggelegak, bak tsunami setelah gempa.

Perasaan kecewa berkecamuk, rasa menyalahkan berbalik menjadi rasa bersalah yang teramat dalam, tapi keegoisan menerjang, memporak porandakan segala kesadaran dan kesahajaan yang ada, mematikan kebesaran hati, merusak kesabaran diri.

Kedewasaan terlupakan, masa tua tak lagi menjadi ukuran, sadar diri tak lagi punya arti. Hanya ke aku-an yang meradang. memusnahkan segala kebaikan yang telah direncanakan untuk membangun sebuah puing kejayaan.

Apa jadinya?


Rasanya baru kemarin aku menikahi seorang gadis yang kini menjadi istriku, rasanya baru kemarin aku menjadi seorang ayah dari anakku, dan rasanya baru kemarin aku merayakan tahun baru 2008. Kini tahun baru Hijriyyah 1430 telah datang, dan Tahun 2009 Masehi menjelang. kata hatiku bertanya, apa yang telah aku perbuat ditahun ini, apa yang telah aku hasilkan selama 365 hari?.

Rasanya masih seperti kemarin, belum banyak yang bisa aku perbuat, belum melimpah yang bisa aku hasilkan, yah…itu mungkin fitrah manusia yang tidak pernah merasa puas. Tapi bukankah orang bijak berkata bahwa kita jangan pernah merasa puas? betul!. Tapi ketidakpuasan itu harus diimbangi dengan rasa syukur kita kepada Sang Khalik, apa yang kita perbuat, apa yang kita hasilkan, untung atau rugi semuanya bukan semata-mata murni dari tangan kita, tetapi tak henti-hentinya bantuan tangan dari Ar-rahman – Ar-rahim…Allah Subhanahu wata’ala. Rasanya sombong kita kalau merasa kita paling bisa dan segala usaha, daya, upaya adalah hasil keringat kita.

Dan rasanya, aku harus selalu berkaca, aku harus introspeksi, kesalahan dan kerugian apa yang telah aku perbuat di masa yang lalu sehingga bisa aku perbaiki ditahun yang akan datang. Dan rencana apa yang harus aku persiapkan dalan menyongsong tahun yang baru. Satu yang bisa aku harapkan dan mungkin menjadi harapan bagi seluruh manusia pengisi dunia, yaitu menjadi manusia yang lebih baik. Bukankah itu? Semoga