Saat Roy sendiri, dia tekan tuts2 dihadapannya merangkai huruf demi huruf menjadi barisan kata dan menyusunnya menjadi sebuah kalimat. Roy hanya sendiri, tiada siapapun disisinya dan sekitarnya. Roy memang penyendiri, namun dalam kesendiriannya dia membuat sesuatu yang dapat membuat ramai, membuat gaduh dan menjadi buah bibir masyarakat luas. Ketika sesuatu itu semakin hari semakin menunjukkan kualitasnya, selalu dicari dan diburu untuk dikonsumsi, ketika itu pula Roy semakin menyendiri. Saat kawan-kawan terbaiknya mengajaknya melihat karyanya disebuah keramaian, Roy tetap memilih untuk menyendiri. Roy tak pernah tertarik dengan sesuatu yang ia ciptakan menimbulkan keramaian. Ia jengah dengan segala riuh rendah. Baca lebih lanjut
Diantara teman sendiri tanpa sepengetahuan kita ada yang sebenarnya menjadi musuh, sanggup memfitnah dan sekaligus menimbulkan kontroversi yang tidak boleh dimaafkan. Menggunting dalam lipatan, Menohok teman seiring. Tampang bodoh, baik dan penurut, tetapi sebenarnya curang, jahat dan kejam. Culas dan selalu berusaha mencelakakan kawan sendiri. Orang kepercayaan yang kerap kali merugikan, disuruh menjaga justru merusakkannya. Tak sadar siapa dia dahulunya. Memohon, menghiba dukungan, agar terlaksana ambisinya. Setelah terjadi Aku hanya bisa menonton tingkah polahnya, keangkuhannya. Menyanggah aspirasi rakyat tetapi sekaligus memberikan keputusan sesuai Perutnya. Dan aku cuma bisa teriak.. “Wooyy… sadar lo, dulu lo siapa? Gue dulu yang ngenalin lo sama dunia kursi basah itu, tapi apa yang lo lakuin? lo bikin kering kursi gue!!!