Ketika keadilan diburamkan
Ketika hak dirampas
Ketika kebebasan dihadang oleh perizinan yang penuh birokrasi sesat
Ketika itu pula jiwa meradang
Satu sisi anarki diberangus, disatu sisi kekerasan dipertontonkan
Penindasan terhadap kehidupan
Pembunuhan kreativitas Baca lebih lanjut
Cerita ini bukan rekayasa, ataupun sekedar coretan biasa, tapi ini kenyataan. Sabtu dan Minggu kemarin aku berada di Purwakarta, ada sebuah cerita menarik dari seorang temanku disana tepatnya Ayah dari teman istriku (nah lo beribet kan??). Beliau sebut saja UJANG adalah seorang pemuda desa yang benar-benar ndeso, ayah ibunya hanyalah pembuat peuyeum (tape) yang diedarkan ke warung-warung terdekat.. belum pernah kekota, belum pernah nonton televisi, yang dia tahu hanya sawah dan kerbau, itupun sebatas mencangkul dan membajak saja, membuat peuyeum pun tidak bisa dan tidak mau.
Pada suatu hari Ujang mendapat tawaran dari temannya (UDIN:red) yang baru pulang dari kota, udin mengajak Ujang untuk ikut bersamanya kerja di kota, waktu itu Udin mengajaknya ke Bogor untuk menemaninya berjualan Lengkuas (Laos) walau hanya sebatas tukang panggul. Suatu ketika Udin menitipkan dagangannya kepada Ujang karena ada keperluan keluarga, maka sendirilah Ujang berjualan. Saat sendirian ada seorang ibu ingin membeli dagangan ujang
Ibu :”mang aya Laos ?” *paman ada Laos?
Ujang : teu aya Laos, nu aya mah Laja (Laos :bhs sunda) ternyata Ujang tidak ngeh bahwa Laos itu adalah Laja…
karena benar-benar udik dan ndeso sehingga tidak tahu kalau laja dalam bahasa Indonesia itu Laos atau Lengkuas hingga beberapa pembeli sampai tidak jadi membeli hanya karena ketidak tahuan Ujang. merasa gagal menjalankan tugas akhirnya Ujang dipecat oleh Udin dan nekat pergi ke kota Tegal untuk mencoba peruntungannya sebagai nelayan. Dengan modal SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) kalau jaman sekarang, Ujang pun berhasil menjadi nelayan ecek-ecek (Kecil-kecilan).
Suatu Siang Ujang pergi ke WARTEG untuk makan siang dikarenakan jatah nasi bungkus yang biasa ia dapat dari bosnya kecemplung kelaut saat dia meloncat dari atas perahu. Dengan Modal uang pengasihan sang Bos ujang bersemangat ke warung, sampai di warung Ujang dengan gaya SKSD nya menanyakan makanan di WARTEG itu.
Ujang : “Bu, ada makanan apa saja?” dengan bahasa Asli nya karena mengira Ujang orang asli Tegal sang Ibu menjawab : “Kiye jangan tempe, ana jangan kangkung, sing kiye jangan terong” ( ini sayur tempe, ada sayur kangkung, ada sayur terong).
Si Ujang makin bingung, dalam benaknya diapun berfikir, loh ini warung atau apa, kok semuanya gak boleh, ini jangan, itu jangan, akhirnya karena ketidak tahuan bahwa Jangan di tegal itu berarti sayur si Ujang pun makan hanya dengan sambal dan tempe goreng.
Bosan menjadi nelayan dengan beberapa bulan kemudian ujang menapaki kota yang lebih besar yaitu Jakarta, dengan pengalaman dan tenaga yang dia miliki Ujang berhasil menjadi kuli bangunan dan ikut proyek pembangunan gedung 20 tingkat. setelah selesai pembangunan dan uang yang dihasilkan lumayan banyakUjang pun berniat pulang kekampung halamannya setelah sekian lama malang melintang menjadi perantauan. Sebelum pulang Ujang berniat membeli oleh-oleh untuk keluarganya dirumah.
Sambil berkeliling pasar dan menyusuri kios-kios detengah kota Ujang semakin bingung apa yang akan dia beli untuk keluarga dikampung. Di suatu kios makanan ujang melihat pemandangan yang menurutnya menarik. sambil berfikir : “Dari pada aku membeli baju lebih baik aku membeli makanan biar semua orang dirumah kebagian”. maka diputuskannya menuju kios makanan.
“Itu apa mas yang bungkusannya keranjang menarik dari bambu? dan berapa harganya?” tanya ujang dengan gayanya..
“Tape om, masih baru,pulen, manis dan enak rasanya” satu bungkus Rp. 2000 saja” jawab pedagang dengan semangat. Tanpa tahu apa itu Tape (Tapai yang terbuat dari singkong diberi ragi)
“5 bungkus!” perintah Ujang masih dengan gaya sok kebanyakan uang. “Terus yang bungkusannya kotak kecil-kecil itu apa?” lanjutnya.
“Sama Om Tape cuma itu yang sudah dipotong kecil-kecil” jawab pedagang lagi
“5 bungkus juga” dengan pongahnya Ujang menambahkan tanpa melihat apa lagi mencicipi.
Setelah proses jual beli selesai Ujang pun pulang dengan menggunakan BIS PATAS AC (Cie..). Sesampainya kekampung dengan bangganya dia menenteng dan memamerkan bawaannya keorang rumah, nih Ujang pulang dari kota bawa oleh-oleh, dengan gembira dan tak kalah heboh orang tua dan saudara-saudara Ujang menyambut Ujang dan bawaannya. ” apa yang kau bawa anakku?” tanya Sang Ibu”
“Tape!” dengan cepat dan penuh bangga Ujang menjawab, setelah dibuka sang Ibu tersentak dan sedikit kecewa, Yah… Jang ini mah disini banyak, ini kan Peuyeum, Ibu kan yang bikin juga, terus yang dibungkusan kotak itu apa?” lanjut ibu. “Sama bu Tape juga” lanjut Ujang, memang Tape itu peuyeum ya bu?” tanya ujang kemudian. Lah Iya jang.. Peuyeum yang ibu buat itu kalau di kota namanya tape”
Ya ujang salah ya bu…..