Ketika ku jatuh, kau bangunkanku. Benarkah kau sahabatku ?
Saat ku lelah, kau menyegarkanku. Inikah sahabatku?
Saat ku terluka, kau mengobatiku. Apakah ini sahabatku?
Teman, Kawan, Sahabat, atau Saudara.
Dimanakah letak sebutanmu?
Kukata teman, kau bagai kawan
Kusebut Kawan, kau laksana Sahabat Baca lebih lanjut
Sepulang aku bekerja dengan wajah ceria dan tingkahnya yang aktif, sebuah kata keluar dari bibirnya yang mungil, “dadah”… walaupun itu artinya bukan dia akan pergi meninggalkanku tapi justru berharap ingin aku gendong. Itulah aktivitas “Arun” selama Ramadhan kali ini, peri kecil bernama lengkap “Alindra Fatih Khairunnisa” yang hampir genap satu tahun mengisi hidupku, tanpa terasa tiga kali Ramadhanku selalu berganti suasana.
Siang itu…
Nada sms berdering, kubaca beritanya membuat jantungku berdetak, kakiku lemas, mendadak aku tak bersemangat untuk melakukan aktivitas apapun. Rasa malas dan tak bersemangat menghinggap. Hanya doa yang aku kumandangkan, bibirku tak berhenti komt-kamit membaca mantra yang diambil dari Al-Qur’an, Hadits, dan sholawat Nabi ajaran dari guru ngajiku dulu. Walau badanku lemas tapi kupaksakan jiwaku untuk tetap kuat berdoa dan memohon semoga kejadian yang tak dapat kubayangkan tidak terjadi.
Hari ini dimulai lagi perjudian 3 hari untuk menentukan hasil belajar selama 3 tahun. Dengan standar nilai yg lebih tinggi dari kemarin para siswa dituntut untuk memenuhinya.
Dan dengan sangat menyebalkan serta mengesalkan kembali kejadian tahun lalu terulang. apakah itu?? Berita tentang bocoran UN, soal-soal UN, tips dan trik menempuh Ujian Nasional bertebaran. Baca lebih lanjut
Apa jadinya jika dua hati tidak mau saling mengerti, apa jadinya jika dua jiwa saling menyalahkan, tak ada introspeksi, yang ada hanya pembenaran sepihak, dan tak ada kata saling mengalah.
Jika hati berontak, logika tak berjalan, emosi yang bermain, menggolak, menggelegak, bak tsunami setelah gempa.
Perasaan kecewa berkecamuk, rasa menyalahkan berbalik menjadi rasa bersalah yang teramat dalam, tapi keegoisan menerjang, memporak porandakan segala kesadaran dan kesahajaan yang ada, mematikan kebesaran hati, merusak kesabaran diri.
Kedewasaan terlupakan, masa tua tak lagi menjadi ukuran, sadar diri tak lagi punya arti. Hanya ke aku-an yang meradang. memusnahkan segala kebaikan yang telah direncanakan untuk membangun sebuah puing kejayaan.
Apa jadinya?